Senin, 16 Maret 2015

Cerpen Online SEKAR


SEKAR
Cerpen by        : Riri Permata sari
Editor              : Miswarti A.

Disudut kontrakan sempit itu, terlihat wanita paruh baya duduk dengan tatapan kosong. Cakrawala sore yang indah itu tak mengalihkan fikiran yang menghantuinya. Wajah lesunya seakan memikul beban ribuan kilo dipundaknya seorang diri. Sesekali masih tersungging senyum di bibirnya tatkala putri kecilnya bertingkah lucu nan cerdas. Senyum itu terlihat berat, tak lagi lepas seperti dulu. Wajahnya yang cantik bagai rembulan terlihat hampa melalangbuana memikir jalan hidup yang semakin getir. Namun, di wajah hampa itu masih tersimpan goresan semangat hidup yang bergelora. Seakan ada pancaran energi yang tak terputus dari wajah lesu itu.

Semangat itu harus tetap dimilikinya demi putri kecilnya yang cantik itu. ”Hidup ini keras, Untuk itu aku harus mandiri, kuat dan bijaksana. Lelah itu tak boleh ada demi kau bidadari kecilku”. Itu ujarnya.

Sekar itulah nama wanita paruh baya itu. Dia wanita yang tegar dan kuat setegar dan sekuat karang dilautan. Tujuan hidupnya hanya satu ,mempersembahkan yang terbaik demi bidadari kecilnya itu.

***

“Mama…”

Suara lembut itu menggetarkan hati. Yach,,, itu suara putri kecil wanita paruh baya itu,,ia berlari menghampiri ibunya lalu memeluknya. Sungguh cantiknya paras gadis kecil itu, di wajah cantiknya  terpancar sinar kegeniusan yang alami. Gadis kecil itu bernama Zahra Humaira. Umurnya sekitar 5 tahun..

“Iya sayang …kenapa???”

“Lihat ini ma…bagus kan gambar Zahra??”

“Iya bagus sekali…”

“Mama…tahun ini Zahra sekolah ya ma?? “

“Iya sayang,,,”

 Hore… Zahra akan sekolah. Makasih mama… Zahra sayang mama.

Putri kecil itu turun dari pelukan wanita paruh baya  itu dan berkata “Zahra mau main lagi ya ma!” Sekar menganggukkan perkataan putrinya

Air mata membasahi wajah sekar. Entah apa yang kini membuat air mata itu kini tumpah ruah. Entahlah… barangkali keharuan menyaksikan kecerdasan putri kecilnya  atau air mata kegundahan  menghadapi getirnya kehidupan ini

“Zahra… kamu putri yang cerdas, semoga mama bisa memberikan semua yang terbaik untukmu, anakku… bersabarlah sayang”, tatapannya kini bercampur ketakutan membayangkan masa depan Zahra. Zahra hanya memiliki dirinya seorang begitu juga sebaliknya, tiada siapapun lagi yang tersisa untuk berbagi beban

 “Mama kenapa sedih? Zahra buat mama sedih ya?”

“Tidak sayang, Zahra  nggak buat mama sedih kok…Mama nangis karena mama senang dan terharu, Allah telah memberikan mama putri yang cantik, cerdas dan baik seperti Zahra. Makasih ya sayang…”

“Eeh… udah azan… wuduk yuk..kita shalat bareng-bareng  yach sayang...”

Gadis kecil itu berlari menuju kamar mandi, diikuti langkah sang ibu. Selang beberapa menit kemudian dua beranak itu larut dalam shalatnya. Shalat yang khusuk. Mereka larut dalam dialog dengan sang khalik..

“Zahra…Makasih dah hadir dalam hidup mama… mama janji akan memberikan yang terbaik untuk mu sayang. dan Zahra harus janji, akan jadi anak yang baik, manis, shaleha dan cerdas selamanya”

“Iya mama… Zahra janji…dan kalau sudah besar Zahra ingin menjadi dokter yang hebat biar selalu bisa merawat mama.”

“Zahra memang Putri mama yang cerdas, sekarang waktunya Zahra bobok… tapi ingat, jangan lupa…,” ucapannya terhenti

“Do’a,” seru gadis mungil itu dengan senyum lincah nan semangat. Setelah mengaminkan serta doa Zahra sang ibu menutup pintu kamar. Sepahit apapun yang akan terjadi esok yang pasti sampai saat ini bidadari kecilnya masih menutup lembaran hari dengan kelincahan dan senyum yang membuat ia melupakan pahit hidup.

Tokk…tokkk…toookkkkkk. Tiba-tiba terdengar ketukan keras tidak sabar di pintu

“Iya…tunggu sebentar.”

Wanita paruh baya itu berlari tergopoh-gopoh kedepan pintu.

“Bu sekar… cepat buka pintunya!”

“Iya, sebentar…” sambil meraih ganggang pintunya.

“Eh, Bapak! Ada apa malam-malam kesini?”

“Pakai tanya lagi…”, Laki-laki berperawakan sangar itu membentaknya.

“Ibu harus bayar uang sewa rumah ini…sekarang.”

 “Tapi…uang saya belum cukup Pak…”

 “Belum cukup? kalau ngak punya uang jangan ngontrak disini? Atau…,”

“Atau apa Pak? Saya janji akan membayarnya... tapi beri saya waktu…”

“Aduh, Ibu Sekar… saya sudah mendengar empat kali janji Ibu, dan sekarang saya sudah tidak butuh janji-janji Ibu lagi,,, bayar sekarang! kalau tidak silahkan angkat kaki keluar dari rumah ini!”

Iaki-laki sangar itu mencoba mendekati wanita paruh baya itu lalu berkata “Sekar… ternyata kau masih cantik, walau janda kau masih kelihatan segar. Jika kau masih ingin tinggal dirumah ini, maukah kau menjadi istri simpananku, bagaimana?”

“Apa kata bapak? Maaf... Saya memang janda dan miskin… tapi harga diri saya tidak harus luntur karena kemiskinan… sesulit apapun hidup saya, saya tidak akan menjadi istri simpanan orang… daripada saya menjadi istri simpanan bapak lebih baik malam ini juga saya keluar dari rumah ini”

“Dasar janda miskin sombong… malam ini juga kau harus keluar dari rumah ini!!!” ia melempar peralatan sekar  kehalaman.

“Baikkk…saya akan keluar dari rumah ini sekarang juga!” Ujar Sekar tanpa keraguan sedikitpun walau tanpa tahu arah yang akan ditujunya bersama Zahra.

“Mama…kenapa? kok ribut-ribut? Rumah kita kok berantakan begini?? Om-om ini siapa ma? kok mengacak-acak rumah kita?”

Gadis kecil nan cantik itu terbangun dari tidurnya,,,tak kala mendengar kegaduhan di kontrakan sempit itu.

“Sayang, maafin mama...kita harus pergi sekarang juga dari rumah ini...”, ucapnya sambil mengemasi barang-barangnya.

“Tapi kita mau kemana ma? Malam-malam begini?”

“Sudahlah Zahra…jangan tanya apa-apa sekarang…kita harus pergi dari sini sekarang juga! Ayo sayang… kita pergi!”

Petir diluar menyambar-nyambar…tapi dia tidak peduli, ia harus segera pergi sebelum laki-laki bajingan itu berbuat keji padanya. Langkahnya begitu cepat menyusuri arah yang tak menentu..

“Mama…kita mau kemana? Hujannya deras sekali…Zahra capek ma…”

“Zahra… maafin mama…ayo jalan lagi,,,Zahra harus kuat…!”

Dua beranak itu meneruskan langkahnya dalam guyuran hujan yang sangat deras… tapi kesedihan di hati sekar jauh lebih deras dari hujan yang menguyurnya.

 Itu ada mesjid, kita berteduh disana ya sayang… Besok pagi kita cari kontrakan yang baru.

Sesampainya di mesjid yang dituju Sekar mengganti baju putrinya lalu ditidurkan gadis kecil itu dipelukannya… Air mata mengalir dengan deras dari wajahnya, sederas hujan yang turun di luar sana…lalu dia berujar “Ya tuhan.. cobaan apalagi ini?” Ditengah usahaku untuk mencukupi biaya masuk sekolah Zahra aku harus kehilangan tempat tinggal. Di sampingku ada Zahra gadis kecil yang cerdas, jangan biarkan dia tenggelam dalam kepahitan ini, dia masih kecil, tidak seharusnya dia merasakan jalan hidup yang sepahit ini… berikan jalan keluar ya Allah, bisiknya dalam hati

***

Keesokan harinya seusai shalat subuh ia menelusuri seluruh penjuru kota itu demi mencari kontrakan. Tapi mencari kontrakan dengan harga murah tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, apalagi di kota sebesar ini. Sudah setengah hari mencari, tapi yang dicari belum juga ketemu. Wanita itu hampir putus asa.tapi ketika ia melihat Zahra ia kembali bersemangat.

“Mama.. Zahra lapar!”

“Sebentar sayang…kita cari dulu tempat jualannya”

Lima menit kemudian mereka melihat seorang penjual nasi goreng dipersimpangan jalan raya

“Bu, nasi gorengnya satu, ya! untuk putri saya…”

“Ya tunggu sebentar!” ucap Ibu penjual nasi goreng itu ramah, ia menoleh pada Zahra. “Cantik, siapa namanya?”

“Zahra Humaira, Bi! Usiaku 5 tahun sebentar dan lagi Zahra mau sekolah,,, biar bisa menjadi dokter dan Zahra bisa selalu lindungi dan merawat mama…”

Ibu itu tersenyum mendengar perkataan Zahra. “Andai saja Allah jua mengaruniaiku dengan seorang anak seperti dia” ia berkata pada dirinya sendiri dalam hati

“Zahra ini nasinya, Nak! “

Zahra langsung mengambil sendok dan bersiap melahap nasi goreng dengan telur mata sapi kesukaannya, kemudian ia melirik mamanya yang hanya tersenyum menatapnya. “Untuk mama mana? “ tanyanya polos

“Mama nggak usah… mama masih kenyang sayang…”

Selesai makan, Zahra langsung bangkit seraya mengucapkan terima kasih kepada pemilik warung nasi itu lalu berujar “mama…ayo,,, kita lanjutin cari rumahnya” lalu ia berlari menuju jalan raya. Saking bersemangatnya ia tidak melihat di depannya ada mobil yang melaju dengan kencang.

“Zahra…awas…!!!” Pekik sekar

Sekar mengejar Zahra dan mendorongnya kepinggir. Zahra berhasil ia selamatkan. Tapi naas... ia sendiri terluka parah, darah segar bercucuran dari kepalanya… nafasnya tersenggal-senggal tapi dia masih melihat wajah bidadarinya dengan jelas

“Mama…” teriak Zahra..ia memeluk wanita paruh baya itu.

“Maafin Zahra ma…gara-gara zahra  mama terluka, ini salah Zahra,Ma…”

Dengan separoh sadar Sekar berucap…”ini bukan salah Zahra, sudah kewajiban Mama menyelamatkan Zahra. Zahra harus janji sama Mama… untuk selalu jadi anak yang kuat, manis,cerdas,shaleha dan baik selamanya walau Mama tidak ada lagi disampingmu sayang…”

“Bu!” ia menoleh dan berkata lemah terhadap Ibu penjual nasi goring itu. Dengan segenap kekuatan yang tersisa ia menggerakkan tangannya dan memegang erat tangan perempuan 45 tahunan itu. ”saya titip Zahra ya buk… dia anak yang manis dan cerdas,ia tidak punya siapa-siapa lagi selain saya, tolong ibuk jaga Zahra dengan baik…saya rasa, waktu saya sudah tidak lama lagi…”

“Mama…jangan tinggalin Zahra ma…!”

Nafasnya semakin hilang… “Maafin mama sayang…kamu harus jadi anak yang kuat, cerdas,manis, baik dan shaleha walau mama tak lagi disampingmu.” Ia menyentuh pipi halus malaikat kecilnya, perlahan ia tersenyum hingga tubuh itu kaku dan tak bergerak lagi. Sekar…wanita yang berhati tegar dan kuat , setegar dan sekuat karang dilautan. Ia telah pergi, pergi selamanya… pergi dengan tenang meninggalkan kasih seorang ibu yang sempurna untuk putri kecilnya Zahra Humaira, kasih seorang ibu yang kuat dan tulus walau badai selalu menghantamnya, kasih seorang ibu yang rela mengorbankan jiwa-raga untuk melindungi buah hatinya, dan yang ia tahu hanyalah harus menyelamatkan malaikat kecil yang telah dilahirkannya dan pernah suatu ketika dulu ada dirahimnya. Kepergiannya sekaligus mengubur mimpi putrinya (Zahra Humaira) untuk selalu merawat dan melindungi mamanya

***

1 komentar: