Kamis, 08 November 2012

PUISI-CINTA (sesuatu yang tak dimengerti)

-->
Sungguh cinta terkadang terasa begitu menyakitkan,
Mengajarimu untuk melakukan semua apapun dengan senyuman ikhlas, walau hatimu menangis pilu
Namun lebih banyak jiwa yang memilih untuk hidup dalam cinta
Biar pun menyimpan misteri dan sejuta keraguan
Cinta tetap saja terlhat begitu agung…
Walaupun penuh dengan teka-teki dan pertanyaan yang tak akan pernah ada jawabnya
Cinta memang tidak akan dimengerti
Kalau seseorang menyadari kenapa dia masih begitu mencintai dengan aral yang sungguh terlihat dari awal
Maka, itu bukan cinta.
Cinta sungguh berani sekali…
Berani melampaui batas logika sendiri…
Cinta tidak takut pada apapun…
Cinta mengajarkan untuk tersenyum ikhlas diatas hati yang pedih
Cinta telah menuntunmu membuat sejuta kata-kata
Cinta telah meluluhlantahkan kerasnya hati… dan cinta mengajari kita untuk bertanya dan menjawabnya sendiri…
Akankah, diakhir cerita kita bisa tersenyum ikhlas? Apapun yang terjadi dengan cinta?

Selasa, 16 Oktober 2012

Contextual Teaching and Learning sebagai model pembelajaran

-->
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang aplikasinya sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan matematika selalu dibutuhkan, tidak hanya dibidang matematika saja, tetapi juga mempengaruhi cabang ilmu lainnya. Selain itu, banyak fenomena yang selalu kita jumpai dan itu menerapkan prinsip-prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika dapat membentuk seseorang mempunyai daya nalar yang tinggi dalam pemecahan masalah dan mampu menjabarkannya secara logis dan sistematis. Cronbach dalam Riyanto, (2009 : 5) mengemukakan bahwa : “Belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.”
 Agar perubahan perilaku itu memberikan hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika maka dituntut keaktifan siswa dalam belajar. Siswa harus menyenangi matematika karena matematika memberikan mereka tantangan dalam proses pengerjaannya. Seharusnya siswa penuh semangat, kreatif, gigih, dan antusias dalam belajar matematika
Kenyataan yang ditemui penulis di lapangan belum menunjukkan pembelajaran matematika di sekolah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini terlihat dari berbagai aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan siswa dalam proses belajar-mengajar. Bagi siswa matematika hanyalah pelajaran yang terdiri dari sekelumit angka-angka, serta tidak tahu untuk apa sebenarnya mereka mempelajari dan memecahkan persoalan matematika tersebut. Siswa juga kurang memahami konsep pelajaran sehingga saat guru menanyakan mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya, siswa banyak yang sudah lupa. Hal ini disebabkan siswa tidak memahami konsep dengan baik
Sebenarnya permasalahan yang dihadapi siswa tersebut adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Seorang guru harus mampu mencobakan berbagai inovasi dalam pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk merangkul siswa terlibat secara aktif dalam belajar dan membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran matematika.
Penerapan  model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika akan mampu menarik perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam belajar. CTL mengapresiasikan mata pelajaran dengan realita-realita  yang telah diketahui siswa dalam kehidupan sehari-hari. CTL akan menuntun siswa untuk memperoleh pengetahuan yang bermakna sehingga siswa merasa akrab dengan matematika dan menimbulkan minat serta motivasi dalam penguasaan materi.
Hal ini sesuai dengan pengertian pembelajaran CTL menurut Yatim Riyanto, (2009 : 161 ) bahwa: “pendekatan  Contekstual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa
Berdasarkan uraian diatas, maka Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu solusi untuk menjadikan mata pelajaran matematika lebih menarik.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan persoalan ditemui saat observasi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan berikut: “Bagaimana Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika?”

C.    Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika

D.    Manfaat
1.      Sebagai pengalaman dan sebagai bekal dalam mengajar matematika bagi penulis
2.      Sebagai variasi dan pengalaman belajar baru bagi siswa dalam pembelajaran
BAB II
KAJIAN TEORI

A.     Contextual Teaching and Learning (CTL)
Elaine B. Johnson, (2011 : 58) “CTL adalah sebuah system yang merangsang otak untuk  menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu system pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna yang menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.”
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual, sebagai sebuah system mengajar didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya. Jadi, sebagian besar tugas seorang guru adalah menyediakan konteks. Semakin mampu siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis dengan konteks semakin bayak yang akan mereka dapatkan dari pelajaran tersebut. Dengan mampu mengerti makna dari pengetahuan dan keterampilan akan menuntun pada pengetahuan dan penguasaan keterampilan itu.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.

Model pembelajaran CTL mencakup tujuh komponen utama pembelajaran:
1.      Konstruktivisme
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang tidak terbatas. Siswa dilatih untuk memecahkan masalah dan menemukan ide-ide. Guru, galam proses belajar-mengajar tidak akan mampu memberikan pengetahuan sebanyak-banyaknya.
Oleh sebab itu pembelajaran dikemas sebagai proses merekonstruksi, bukan menerima pengetahuan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa membangun sendiri pengetahuan dengan keterlibatannya secara aktif dalam belajar. Guru bukan lagi pusat pembelajaran tetapi siswa. Dalam belajar guru hanya sebagai fasilittor.
2.      Menemukan
Menemukan, didalam pendekatan CTL diperoleh dengan mampunya siswa membangun keterkaitan untuk menemukan makna. Menemukan merupakan kegiatan inti dari  pembelajaran berbasis CTL.
      Langkah-langkah kegiatan menemukan menurut Yatim Riyanto (2009 : 171) adalah:
1.      Merumuskan masalah
2.      Mengamati atau melakukan observasi
3.      Menganalisis dan menyajikan hasil dalam  tulisan, gambar laporan, bagan, table, atau karya lainnya.
4.       Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman, dan guru.

3.      Bertanya
Bertanya adalah strategi utama yang digunakan dalam pembelajaran berbasis CTL. Pertanyaan akan mampu membimbing dan menuntun pemikiran siswa. Pertanyaan itu adalah bagian terpenting dalam pembelajaran inquiri, karena dengan pertanyaan itulah dapat digali informasi, mengkonfirmasikan hal-hal yang sudah diketahui dan mengarahkan pada hal-hal yang belum diketahui.
      Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya menurut Yatim Riyanto (2009 : 172) berguna untuk:
1.      Menggali informasi
2.      Mengecek pemahaman siswa.
3.      Membangkitkan respon kepada siswa
4.      Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5.      Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6.      Memfokuskan perhatiab siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7.      Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
8.      Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

4.      Masyarakat belajar
Masyarakat belajar akan tercipta dengan adanya proses komunikasi dua arah. Konsep dari masyarakat belajar ini menghendaki siswa bekerja sama dibawah bimbingan guru.
Dengan adanya kerja sama dalam CTL akan mampu menghadapi berbagai rintangan, bertindak mandiri, dan penuh tanggung jawab serta dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit. Hal ini dikarenakan daya tangkap siswa dan perhatian yang berbeda. Dengan adanya interaksi kelompok dapat menghasilkan pemikiran yang lebih baik, karena akan saling melengkapi pokok permasalahan,
Dalam pembentukan kelompok kecil yang akan diterapkan penulis dalam penelitian ini, diharapkan setiap bagian dari anggota kelompok akan saling berhubungan sehingga sehingga pengetahuan yang dimilki seseorang akan menjadi output bagi yang lain, dan output ini juga akan  menjadi input bagi yang lain lagi.
Elaine B. Johnson, (2011 : 169) mengemukakan aturan-aturan kerja kelompok yang dilakukan dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
1.      Tetap focus pada tugas kelompok
2.      Bekerja secara kooperatif dengan anggota kelompok lain
3.      Mencapai keputusan kelompok umtuk setiap masalah
4.      Meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok memahami setiap solusi yang ada sebelum melangkah lebih jauh
5.      Berbagi kepemimpinan dalam kelompok
6.      Memastikan setiap orang berpartisipasi dan tidak ada yang mendominasi.

5.      Pemodelan
Model merupakan suatu perilaku atau aktivitas yang dilakukan seseorang dan bisa ditiru oleh siswa. Dengan adanya pemodelan terhadap sesuatu maka siswa akan memikirkan keterkaitan pelajaran dengan apa yang dimodelkan dibawah bimbingan guru.
6.       Refleksi
Refleksi merupakan kemampuan berfikir tentang apa yang telah dipelajari, dengan kata lain mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang diterima oleh siswa
Refleksi dilakukan dengan menyisakan waktu sejenak. Realisasi refleksi sebagai berikut:
1.      Pernyataan langsung terhadap apa yang diterima hari ini
2.      Catatan atau jurnal dibuku siswa
3.      Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
4.      Diskusi
5.      Hasil karya

7.      Penilaian sebenarnya
Penilaian sebenarnya merupakan proses pengumpulan  berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. CTL mewajibkan siswa mencapai standar tinggi dan ketika para siswa mapu melihat makna dalam pem,belajaran mereka
Menurut Elaine B. Johnson (2011 : 289) “penilaian autentik meningkatakan pembeljaran dalam banyak hal dan memberi keuntungan bagi siswa untuk:
1.      Mengungkapkan secara total seberapa baik pemehaman akademik mereka
2.      Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi
3.       Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman
4.      Mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi
5.      Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan
6.      Berhubungan dan bekerja sama dalammengerjakan tugas

B.     Pembahasan
Guru harus bisa memberikan pelajaran matematika yang menyenangkan bagi siswanya sehingga mata pelajaran matematika  tidak menakutkan seperti momok yang ada selama ini bagi siswa. Belajar matematika tidak hanya berhitung dan memecahkan soal-soal matematika, namun memberikan pemahaman kepada siswa bagaimana memecahkan persoalan yang ada di sekitar mereka.
Pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran CTL berlangsung dengan pengaitan materi pelajaran dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari  sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu konteks ke konteks lainnya.
CTL akan membuat materi pelajaran sampai ke siswa dengan melibatkan siswa sepenuhnya. Siswa merekonstruksi pengetahuan sehingga belajar lebih bermakna. Komponen-komponen dalam CTL: konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya merupakan komponen yang komplit untuk menuntun siswa terlibat aktif dalam belajar dengan cara yang tidak kaku. Jika siswa memenuhi  tujuh komponen CTL itu maka siswa akan mampu bekerja-sama dengan baik dalam belajar, berfikir kritis tentang masalah matematika yang ada, menemukan solusi dari permasalahn itu, melatih kecakapan dan keaktifan siswa untuk bertanya, dan sebagainya.
Dengan demikian, maka model pembelajaran berbasis pembelajaran CTL akan mampu menuntun dan membuat siswa mengerti akan materi dengan cara mereka sendiri dibanding dengan penyampaian materi dengan metode konvensional yang menuntut siswa untuk lebih banyak menerima. Hasil konstruksi siswa terhadap masalah matematika yang ada, tentu saja akan jauh lebih lama diingat, karena siswa dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran dan bukan menghafal konsep, materi, ataupun rumus-rumus matematika
Suasana pembelajaran yang akrab seperti ini akan membuat siswa merasa nyaman dan pembelajaran bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal, karena adanya peningkatan aktivitas dengan model CTL. Dengan meningkatnya aktivitas positif siswa dalam belajar, tentunya hal itu akan bisa membuat hasil belajar siswa turut menjadi lebih baik.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan pembelajaran cooperative tipe contextual teaching and learning (CTL) akan dapat memberikan konstribusi dan sebagai salah satu strategi yang tepat dalam penyampaian materi yang melibatkan siswa secara aktif tanpa kesan bahwa matematika itu sulit dan kaku.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Ketujuh komponen tersebut membangun kerangka berfikir, dimulai dari fakta, data dan konsep.

B.     Saran
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti ingin merekomendasikan kepada pengajar maupun calon pengajar matematika untuk menggunakan pembelajaran cooperative tipe contextual teaching and learning (CTL). Penerapan model pembelajaran CTL ini akan membuat siswa merasa lebih akrab dan tidak asing dengan matematika. Dengan demikian maka diharapkan hasil belajar matematika siswa meningkat sesuai dengan harapan kita.
Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat dijadikan alternative untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di setiap jenjang pendidikan.



Daftar rujukan

1.      Johnson,Elaine B. 2011. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa Learning
2.      Riyanto, Yatim. 2009. Metode dan Pendekatan pembelajaran. Jakarta: Sinar baru