Senin, 16 Maret 2015

Cerpen Online Kebun Pak Han


                                       Kebun Pak Han

                                                                       

Ketika jam istirahat tadi, aku dan teman-teman main petak umpet. Kami selalu punya jadwal permainan yang akan dilakukan setiap hari. Biasanya setelah selesai bermain dan sambil bersiap menuju kelas karena bel udah bunyi, kami akan bikin kesepakatan untuk permainan besok.

Sekarang kami sudah di dalam kelas, lagi nunggu Ibu Nora masuk kelas. Putri, temanku yang duduk di dekat jendela menyibak kain gorden dan melihat-lihat ke luar, arahnya menuju tempat main petak umpet tadi. Tiba-tiba si Putri berseru

“Tania, Suci, liat, kita dicariin Pak  Han, tuh…!”

“Hah!!! Yang bener nih? duh gimana ini?” aku jalan kedekat Putri, dan ternyata memang benar Pak Han lagi  kayak ngomel-ngomel gitu di kebunnya.

“Aku tadi nggak ada turun ke kebun cabenya dia! aku ngumpet diatas-atas aja tadi.” Si Moza membela diri.

“Aku juga ndak! Kita selalu ngumpet bareng kan, Za?” tambah si Lara, ku lihat si Moza mengangguk seolah-olah dia lepas aja dari tanggung jawab. Aku jadi kesal.

“Apa-apaan sih, kok jadi pengen nyelamatin diri sendiri…. Kita itu mainnya sama-sama, tau!” ujar Arion, ketua kelas kami. “Tapi, gimana kalau Pak Han protes dan aduin kita ke kantor, gimana?” anak-anak jadi terkejut dan saling pandang. Pernyataan Arion membuatku panik. Gimana kalau beneran dilaporin sama Pak Han, terus nanti orang tua kami  di panggil, aku nggak tega karena mama pasti akan sedih dan papa bakalan marah.

“Eh, eh itu liat! Pak Han menaiki parit menuju belakang kantor… nggak salah lagi pasti kita yang dilaporin!”

“Astaga… iya, Pak Han udah di belakang kantor sekarang…”

“Pak Han serius kali marahnya ya, emang tadi batang cabenya ada yang patah nggak sama kalian?”

“Rasanya nggak, kan kami cuma sembunyi di barisan-barisan pohon cabe aja,” kataku yakin. Rasanya memang nggak ada yang patah atau keinjak sama aku tadi. “ kalau kamu gimana Ci?” lanjutku pada Suci.

“Ndak! Uci nggak ada bikin patah pohon cabe, Uci Cuma dipinggirnya aja, ndak ada masuk kedalam kebun Pak Han tuh”, katanya

“Aku sebenarnya nggak ingat, tapi barangkali mungkin tadi ada pohon cabe Pak Han yang besar itu tumbang…”

“Hah? Jadi kamu bikin pohon cabenya tumbang Ko? Pantas aja dia tu marah!” ujar fauzan pada Viko.

“Tapi aku cuma nyenggol dikit, karena tanganku hampir keliahatan sama Rizki, jadi aku mundur dan  kesenggol deh!”

“Aduh!!!” aku tutup wajahku dengan kedua tangan, pasti sekarang Pak Han sudah di kantor dan melaporkan perbuatan kami ini.

“Padahal kita nggak ada ikutan turun ke kebunnya Pak Han…” Ku dengar lagi suaranya si Moza.

“Pokoknya, kalau satu kena semuanya juga kena! Walaupun ada yang ngaku nggak ikutan ngumpet ke kebunnya pak Han, tapi ikut main kan? Jadi, semua yang main harus ikut bertanggung jawab.” Mendengar Arion yang tegas, Moza sama Riska yang tadi protes nggak kedengaran lagi suaranya.

“Siap-siap aja orang tua kita di panggil,” kata Adit sambil berjalan ke pintu.

“Itu lihat! Sekarang sudah di kantor.” Kami berjalan ke pintu dan menengok kearah kantor. Pak Han sedang bicara dengan Pak Adi, bapak kepala sekolah kami.

“Ya, Tuhan…!” entah siapa yang berseru.

“Maafkan Tania, Pa, Ma!” hatiku jadi sedih. Membayangkan mama yang bakal kecewa sama aku, terus papa yang bakal gak negur aku.

Kami lihat Bu Nora mau berjalan ke kelas kami, tapi dihentikan oleh Bapak Adi, pasti menceritakan perbuatan kami. tiba-tiba pak Adi dan Bu Nora menoleh ke kelas kami. kami semua langsung menarik diri ke dalam kelas.

“Lihat aja Bu Nora bakal marah sama kita!”

“Pak Adi aja cara natapnya marah banget!” kata Fadil dan Hakim secara bersamaan.

Bu Nora masuk kelas. Ia langsung duduk dan  menatap kami satu-persatu. Bu Nora itu kadang kalau marah dia bakalan diam aja dan nungggu sampai kami minta maaf.

“Anak-anak jaga sikap kalian ya!” sepertinya Bu Nora mulai marah. “Ibu akan tinggalkan kelas sebentar, ada surat-surat yang harus Ibu selesaikan sebelum kita mulai belajar matematika, mengerti?”

“Iya, Bu!” ucap satu kelas serentak

Baru saja beberapa langkah Bu Nora pergi kami sudah kasak-kusuk.

“Bu Nora mau bikin surat panggilan buat orang tua kita!!!” kata Adit yakin.

+++

Setelah hampir setengah jam Bu Nora masuk kelas lagi. Kami sudah sepakat untuk minta maaf terlebih dahulu sama beliau, kalaupun nanti orang tua kami di panggil, kami tak bisa berbuat apa-apa lagi.

“Bu! Kami semua minta maaf, Bu!” Fauzan yang memulai pembicaraan.

“Kalian sungguh tidak amanah!” katanya kemudian.

“kami terlalu asyik bermain pada jam istirahat tadi, Bu, terus juga turun ke kebunnya Pak Han untuk bersembunyi. Jadi, secara nggak sengaja kami telah matahin pohon cabe Pak Han, Bu!” Bu Nora memandangi kami lagi.

“Bukannya sudah pernah Ibu bilang… dulu ada kakak kelas kalian yang bermain-main ke bawah pekarangan sekolah, masuk ke kebunnya Pak Han dan menginjak-injak bibit kentang Pak Han yang baru tumbuh. Dia marah dan melapor sama kepala sekolah. Sekarang kenapa kalian lakukan itu lagi? Percuma saja ibu memperingatkan kalian berkali-kali….”

“Kami salah, Bu! Kami lupa karena lupa nasehat Ibu… kami gak bakal ulangi itu lagi, Bu” kami semua menunduk.

“Baiklah, Ibu pegang janji kalian… kalian harus memperhatikan lingkungan sekitar. Harus mengerti hal-hal yang akan membuat orang bisa marah atau tidak. Jangan membuat sekolah malu karena lingkungan masyarakat menilai kalian suka membuat masalah.”

“Orang tua kami akan dipanggil ya, Bu?”

“Dipanggil untuk apa?” kami yang semula tak berani menatap Ibu Nora jadi saling pandang.

“Pak Han, kan tadi sudah melaporkan kami sama Pak Adi dan juga Ibu,” kataku. Awalnya Bu Nora terlihat heran, kemudian mengangguk sendiri

“O, iya, Ibu mengerti…!” kami saling pandang lagi. “Jadi, tadi kalian melihat Pak Han bicara sama Pak Adi, kemudian juga ada Ibu, dan kalian menyimpulkan bahwa Pak Han datang untuk melaporkan kalian?”. Diam.

“Kami memang tidak amanah, Bu! Kami benar-benar minta maaf…”

Ibu Nora tersenyum. Ia berdiri ke tengah kelas. “Maksud Ibu kalian tidak amanah, kalian waktu ibu tinggal tadi bersuara, bukan? Ibu Aida di sebelah tadi berpapasan sama Ibu dan mangatakan kalau siswa kelas lima meribut… dan Pak Han ke kantor bukan untuk melapor kalian! Ia tadi ke kedainya Pak Joni untuk membeli tali, pohon cabenya banyak yang hamper tumbang karena semalam kan hujan sama angin kencang… setelah dari kedainya Pak Joni, Pak Han bertemu Pak Adi di depan kantor dan berbicara sebentar. Kalian tidak tahu ya, kalau Pak Han itu pamannya Pak Adi. Ketika ibu mau masuk kelas, Pak Han meminta Ibu untuk segera menyelesaikan surat undangan lomba cerdas-cermat sekabupaten yang akan diadakan di sekolah kita dua minggu lagi.”

Kami hanya saling pandang satu sama lain, ibu Nora tersenyum sambil menutup mulutnya, rasanya kami malu sekali. Kami sudah buat pengakuan dosa ternyata. Ketika pulang sekolah kami jadi tertawa sepanjang jalan mengingat hal tadi. Keesokan hari sampai seterusnya cerita tentang kebun cabenya Pak han selalu membuat kami malu, membuat kami tertawa, juga merasa konyol.

 

contoh surat keterangan lulus (SKL) perguruan tinggi


Anda baru saja di wisuda dan masih harus menunggu ijazah formal dikeluarkan oleh pihak tempat anda menempuh pendidikan. Hal yang harus dilakukan adalah menunggu jadwal waktu yang telah ditentukan pihak universitas/institute/sekolah tinggi. Namun yang menjadi masalah adalah adakalanya anda memerlukan ijazah tersebut untuk keperluan memasukkan lamaran kerja yang anda inginkan yang tentu saja anda tidak bisa berpartisipasi dalam mencoba keberuntungan anda. Namun anda bisa mengupayakan Surat Keterangan Tanggal Lulus (SKTL) dan transkrip nilai dari institusi. Surat tersebut merupakan penegasan dari perguruan tinggi tempat anda menempuh pendidikan bahwa anda secara resmi telah menyelesaikan segala tanggungan akademik atau telah diwisuda dan hanya menunggu ijazah resmi dikeluarkan.

Bagi anda yang masih belum berpengalaman tentang format Surat Keterangan Tanggal Lulus (SKTL) dan transkrip nilai ke pihak perguruan tinggi, berikut saya lampirkan format yang benar. Misalnya nada adalah mahasiswi keguruan sebuah sekolah tinggi.

Contoh format surat:



SURAT PERMOHONAN

Hal : Surat Permohonan
Kepada Yth:
Kepala BAAK STKIP ADZILLA JAKARTA
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama                           : Rezianisa Adzkiyya
Program Studi             : Pendidikan Matematika
Tanggal Lulus             : 10 Oktober 2015

Selaku alumni STKIP ADZILLA Program Studi Pendidikan Matematika yang telah diwisuda pada tanggal 13 November 2015.
Dengan ini mengajukan permohonan permintaan Surat Keterangan Tanggal Lulus (SKTL) dan transkrip nilai.
Demikian surat permohonan ini saya buat. Atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

                                                                                   
     Mengetahui,                                                                       Jakarta, 18 November 2014  
Ketua Prodi Pend. Matematika                                                    Pemohon 


   (Dra. Rahaya Anita, M.Si)                                                                       (Reziana A)         

Model Pembelajaran Roda Keberuntungan Dalam Matematika


ANALISIS
  Judul                  : Penerapan Model Pembelajaran Roda Keberuntungan Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas X Sman Kenanga Cempaka Tahun Pelajaran 2012-2013
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di SMAN Kenanga Cempaka Padang pada tanggal 14 februari 2013, penulis menemukan bahwa pemahaman konsep matematika siswa relatif rendah, diakibatkan karena pembelajaran matematika yang terlaksana masih terpusat pada guru. Pada awal pelajaran siswa membaca do’a lalu mengucapkan salam dan guru menjawab salam dari mereka, selanjutnya guru mengabsen siswa. Guru memulai pelajaran dengan membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, beberapa siswa menuliskan nomor soal yang tidak dimengerti kepapan tulis lalu soal tersebut menanyakan dikembalikan kepada siswa yang bisa menjawab. Setelah semua siswa tidak ada yang bisa menjawabnya guru bertindak menerangkan jawabannya, kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk mencatat hasil pembahasan tersebut. Selanjutnya guru memberikan apersepsi tentang pelajaran sebelumnya, guru mengulas pelajaran sebelumnya dengan menunjuk beberapa orang siswa tentang materi sebelumnya ada siswa yang bisa menjawab ada yang hanya diam dan mengasih senyum karena tidak ingat, guru membimbing siswa mengingatkan kembali. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan memberi contoh soal dan latihan kemudian sebagian siswa hanyalah mencatat, melihat, dan mendengarkan penjelasan guru dan sebagian siswa yang lainnya malas- malasan, main hape bahkan ada yang ngobrol sehingga suasana kelas menjadi ribut dan akhir pembelajaran diberikan pekerjaan rumah.
Ketika mereka bingung, tidak mengerti materi yang diterangkan siswa cenderung pasif, malu bertanya, kurang partisipasi dan lebih suka menyia- nyiakan waktu siswa tidak fokus dan mengakibatkan bosan dalam pembelajaran. Hal ini terlihat pada proses penyelesaian soal latihan yang diberikan guru, dimana siswa hanya memperhatikan contoh soal yang sama dengan latihan yang diberikan guru dan apabila ada soal latihan yang berbeda mereka tidak bisa menyelesaikannya sehingga hanya beberapa orang saja yang mau mengerjakannya diakibatkan siswa lebih cenderung menghafal dari pada memahami konsep matematika yang telah di pelajari, sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan soal- soal latihan yang diberikan guru. Sedangkan yang lainnya baru mengerjakan soal latihan bila diperhatikan oleh guru ke bangku masing- masing atau menunggu jawaban dari temannya. Selain itu belum terlihat usaha siswa untuk berdiskusi dalam penyelesaian latihan. Hal yang memprihatinkan ada beberapa siswa yang tidak membuat sama sekali, mereka hanya menunggu sampai soal latihan tersebut dibahas oleh guru.
Guru melaksanakan berbagai macam usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, diantaranya dengan pembelajaran kelompok dalam diskusi kelompok hanya siswa berkemampuan tinggi yang mengerjakan karena guru tidak mengawasi ketika diskusi kelompok berlangsung. Guru pernah mengadakan kuis perorangan dengan menuliskan soal di papan tulis dan siswa membuat jawabannya, mereka mengangkat jawaban mereka masing-masing siapa yang cepat seperti game show di salah satu TV  tapi hanya beberapa orang saja yang dapat menjawabnya karena sebelumnya guru tidak mengingatkan kepada mereka akan diadakan kuis. Selanjutnya diminta kepada siswa untuk menjawab, kemudian guru mengulas jawaban itu lagi. Terlihat bahwa murid suka bermain sambil belajar dalam pembelajaran. Namun usaha- usaha tersebut belum sepenuhnya siswa ikut andil dalam pembelajaran matematika, hasil belajar merekapun belum memuaskan. Berdasarkan fakta yang ada siswa tidak memahami konsep matematika itu sendiri dengan baik, karena siswa hanya menunggu pembahasan dari guru dan sibuk dengan aktifitas masing- masing. Kendala lain yang ditemui siswa di sekolah ini adalah buku paket, siswa hanya memiliki bahan ajar  berupa LKS sehingga guru harus lebih kreatif mencari buku tentang materi pembelajaran. Terlihat dalam proses penyelesaian soal latihan berikut ini:
Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa terlihat bahwa ada dua indikator pemahaman konsep yang tidak dikuasai siswa. Diantaranya, siswa belum mampu mengklasifikasikan objek- objek menurut sifat- sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya) dan siswa kesulitan dalam mengaplikasikan konsep ke dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu bisa kita lihat jawaban siswa adalah:
a)      Cos  =   padahal jawaban seharusnya adalah  terletak di kuadran III. Oleh karena itu, Cos  dapat dinyatakan sebagai Cos  = cos ( - ) = - sin = -  , pada soal ini siswa belum mampu mengklasifikasikan objek menurut sifat- sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
b)      Tan  =   padahal jawaban seharusnya adalah  terletak di kuadran I. Oleh karena itu, tan  dapat dinyatakan sebagai tan  = tan ( - ) = cotan = 1, pada soal ini siswa belum mampu mengklasifikasikan objek menurut sifat- sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
c)      Sin    cos  Tan  = =  - , padahal jawaban seharusnya Sin    cos  Tan  = -    -    1=    1= , pada soal ini siswa kesulitan dalam mengaplikasikan konsep kepemecahan masalah.
Berdasarkan analisis hasil kerja siswa terlihat bahwa siswa masih kurang mampu memahami konsep- konsep matematis sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih rendah.
Usaha untuk mengatasi masalah ini, guru sebagai model pendidik yang akan menumbuhkan kondisi belajar yang baik, berani serta menyenangkan harus bisa menciptakan hal- hal kreatif yang memungkinkan siswa lebih tertantang dan tertarik dalam belajar. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan penerapan model pembelajaran roda keberuntungan.
Model pembelajaran roda keberuntungan adalah model pembelajaran permainan yang mampu membangkitkan potensi siswa serta siswa aktif dalam memahai konsep dalam belajar terutama dalam menjawab soal pertanyaan yang ada didalam kelompok mereka.
Menurut Paul Ginnis (2008: 190), langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran Roda Keberuntungan yaitu:
a.    Buat satu set kartu sebanyak jumlah siswa di kelas dengan pertanyaan disatu sisi dan angka di belakangnya.
b.    Buat “Roda Keberuntungan” dari karton. Bagi roda menjadi sektor-sektor sejumlah kartu pertanyaan dan beri angka pada sektor tersebut. Buat pemutar berupa anak panah dari karton dan paku pines. Hasil akhirnya nampak mirip roda “Twister”.
c.    Siswa duduk membentuk lingkaran besar. Kartu disebar menghadap ke bawah menutupi lantai dengan angka yeng jelas terlihat.
d.   Satu sukarelawan memulai dengan memutar roda tersebut. Setelah angka ditunjukkan, siswa tersebut berdiri dan mengambil kartu sesuai dengan angka di roda dan menjawab pertanyaan yang ada.
e.    Diskusi singkat berlangsung antara guru dan seluruh kelas. Jika guru sudah memutuskan bahwa siswa tersebut telah menjawab dengan lengkap dan akurat, kartu diletakkan kembali menghadap ke atas dan angka tersebut sekarang hangus. Jika jawaban tidak lengkap atau tidak benar maka kartu dikembalikan lagi menghadap kebawah untuk orang lain yang mencoba keberuntungannya.
f.     Roda diberikan untuk siswa selanjutnya. Siswa selanjutnya adalah siswa yang dipilih atau ditunjuk oleh siswa sebelumnya yang telah memutar Roda Keberuntungan dan menjawab pertanyaan. Jika siswa selanjutnya mendapat angka yang hangus, maka siswa tersebut harus memutar kembali roda keberuntungan untuk mendapatkan angka yang belum hangus.
g.    Setelah semua kartu terbuka dan hangus, guru kemudian membahas semua pertanyaan dengan jelas dan catatan tertulis dibuat.
Dengan penerapan model pembelajaran roda keberuntungan maka diharapkan siswa akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya dan sekaligus dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah untuk memahami materi pelajaran. Terlihat dalam pembelajaran ini siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk berpendapat dan menjawab pertanyaan guru, sehingga tidak ada lagi siswa yang malas- malasan, takut, dan sibuk sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan model pembelajaran roda keberuntungan lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional pada kelas X SMAN Kenanga Cempaka Padang tahun pelajaran 2012/ 2013.



strategi generative learning dalam matematika


ANALISIS
JUDUL                           : Pengaruh Penerapan Strategi aktive tipe Generative Learning untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII SMP kenanga Indah Tahun Pelajaran 2012/2013

ANALISIS SEKOLAH DAN STRATEGI

Upaya pemerintah untuk mewajibkan anak belajar wajib sembilan tahun sebagian telah terlaksana, hal ini ditunjukkan dengan adanya sekolah dimana-mana, baik sekolah tingkat dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, salah satunya adalah siswa Kelas VII SMP kenanga Indah.

Sekolah ini berdiri pada tahun 2002, luas wilayah sekolah ini adalah 3 hektar. Fasilitas yang ada di Sekolah ini adalah ruang kelas, musholla, labor biologi, labor komputer, perpustakaan, WC guru dan WC siswa, kantor majelis guru dan kepala sekolah, ruang unit kegiatan siswa ( UKS ), ruang kegiatan siswa dan kantin. Prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh SMP Kenanga Indah banyak sekali, prestasi yang baru-baru ini adalah juara 1 unit kegiatan siswa ( UKS ) tingkat nasional. Kegitan siswa di sekolah tidak hanya disibukkan dengan aktifitas belajar saja melainkan dengan kegiatan non belajar yaitu dengan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini diantaranya pramuka, kesenian daerah seperti kesenian daerah minang kabau dan kesenian daerah jawa, olah raga seperti volly, bulu tangkis, takrau, tenis meja dan Atlit seperti lari. Proses belajar mengajar ( PBM ) di SMP Kenanga Indah berjalan sangat lancar, hal ini didukung dengan fasilitas belajar yang memadai, seperti ruang kelas yang kondusif artinya jauh dari kebisingan, buku-buku penunjang yang banyak dan tenaga pengajar yang profesional. Sehingga diharapkan sekolah ini mampu menghasilkan siswa-siswa yang cerdas baik cerdas otak, emosional dan spritual.

Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 25 november 2012 pemaparan diatas tidaklah sepenuhnya dapat mengeluarkan output siswa yang cerdas dan berkualitas karena jika ditinjau dari segi kelulusan mata pelajaran tidak semua siswa lulus mata pelajaran terkusus mata pelajaran matematika. Maka dari itu timbullah problematika pembelajaran matematika yang harus dipecahkan dan dicarikan solusi yang cerdas.

Proses belajar mengajar ( PBM ) matematika yang terjadi pada Kelas VII SMP kenanga Indah terlihat kurang berjalan sesuai yang diharapkan, hal ini terjadi bukan karena sistem sekolah yang tidak berjalan tetapi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya minat siswa dalam belajar matematika yang masih kurang, fasilitas belajar yang masih kurang maksudnya seperti penyediaan media dan alat peraga matematika, penyediaan handout dan lembar kerja siswa ( LKS ) dari guru dan tenaga guru yang kurang profesional dalam artian guru dalam mengajar kurang kreatif dan variatif, guru hanya menggunakan metode ceramah saja dalam menerangkan materi pelajaran sehingga kurang terjadi interaksi antara guru dengan siswa, guru kurang menanamkan konsep matematis kepada siswa, padahal jika dilihat pembelajaran matematika lebih banyak mengarah kepada penanaman konsep. Selain itu kurang aktifnya siswa didalam kelas saat Proses belajar mengajar ( PBM ) matematika berlangsung maksudnya siswa hanya memperhatikan guru menerangkan materi didepan setelah itu mencatat kemudian mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru. Masih banyak Siswa yang malu untuk bertanya atau masih banyak siswa yang tidak mau bertanya mengenai materi pelajaran yang kurang dimengerti, sehingga guru menganggap semua siswa sudah paham dan mengerti dengan materi yang disampaikannya. Selain itu juga ketika guru memberikan soal latihan yang berbeda dengan contoh soal kebanyakan siswa tidak bisa menyelesaikan dan jika guru menunjuk beberapa siswa untuk maju kedepan mengerjakan soal latihan masih banyak siswa yang menyelesaikan salah artinya siswa belum mampu menguasai konsep matematis pelajaran matematika.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara langsung dengan  guru matematika, kata beliau pada saat Proses belajar mengajar ( PBM ) matematika berlangsung dalam mengajar jarang menggunakan media dan alat peraga matematika, beliau juga jarang sekali membagi siswa dalam kelompok belajar sehingga antara siswa dengan siswa yang lainnya kurang saling bertukar ilmu pengetahuan. Dan hasil wawancara dengan siswa kelas VII.B kebanyakan siswa mengatakan bahwa belajar matematika itu sulit karena hanya bertemu dengan angka-angka dan rumus-rumus saja.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung di SMP Kenanga Indah bahwa pembelajaran matematika kurang berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hal ini didukung dengan masih banyak nilai ujian tengah semester ( UTS ) siswa kelas VII dibawah kriteria ketuntasan minimum ( KKM ) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 80.

Tabel nilai ujian tengah semester ( UTS ) siswa  kelas VII SMP Kenanga Indah

Kelas
Jumlah siswa
Ketuntasan



Tuntas
Tidak tuntas
VII.A
25
0
25
VII.B
25
2
23
VII.C
25
2
23
Jumlah
75
                 4
71

 

Dari permasalahan diatas diperlukanlah sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang mampu menarik minat siswa untuk belajar matematika dan untuk mengubah paradigma siswa yang mengatakan bahwa belajar matematika itu sulit, pendekatan pembelajaran ini tentunya sebuah strategi belajar yang mana siswa dapat aktif dalam Proses belajar mengajar ( PBM ) artinya siswa tidak malu-malu lagi dalam bertanya mengenai materi pelajaran yang kurang dimengerti bahkan diharapkan siswa mampu mengeluarkan ide-ide kreatifnya. Sehingga antara guru dengan siswa dapat terjadi interaksi dan komunikasi yang baik. Namun semua itu tidak terlepas dari usaha guru, karena disini peran guru sangat dituntut sekali, dimana guru adalah sebagai mediator dan fasilitator yang harus mampu bekerja keras untuk memainkan peran dalam menggunakan strategi-strategi dalam pembelajaran matematika, sehingga materi dan ilmu pengetahuan dapat ditransfer dengan baik.

Salah satu strategi untuk mengatasi permasalahan diatas adalah strategi pembelajaran aktif tipe  Generative Learning, strategi Generative Learning adalah sebuah strategi aktif yang mana mampu meningkatkan aktifitas belajar siswa. Prosedur pelaksanaan dari strategi Generative Learning adalah :

Sutarman dan Swasono dalam Made (2009: 177) mengemukakan bahwa Generative Learning pertama kali diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove, dimana terdiri dari empat tahap, yaitu:

1.      Pendahuluan atau disebut tahap eksplorasi

2.      Pemfokusan

3.      Tantangan atau tahap pengenalan konsep, dan

4.      Penerapan konsep

 

Secara rinci tahap-tahap Generative Learning menurut Made (2009: 178) sebagai berikut:

 

1)      Eksplorasi

Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi yang disebut tahap pendahuluan, pada tahap eksplorasi ini guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. Guru dapat melakukan stimulus berupa aktivitas atau tugas-tugas seperti melalui demonstrasi / penelusuran terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data dan fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari, hal ini bertujuan untuk mendorong siswa agar mampu melakukan eksplorasi. Peran guru pada proses pembelajaran ini adalah memberikan dorongan, bimbingan, memotivasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan pendapat / ide / hipotesis.

2)      Pemfokusan

Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan, pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam model pembelajan. Guru bertugas sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan arahan.

Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa hingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesisnya dengan cara sendiri. Tugas-tugas pembelajaran yang disusun / dibuat guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai caranya sendiri atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 2 sampai 4 siswa.

 

 

3)      Tantangan

Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep. Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar kerja, siswa diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman di antara siswa. Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai adanya perbedaan diantara pendapat teman. Saat diskusi berlangsung guru beperan sebagai moderator dan fasilitator, pada akhir diskusi diharapkan siswa memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep  yang benar. Guru  sebaiknya  memberikan pemantapan konsep dan latihan soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami secara mantap konsep tersebut.

4)      Aplikasi

Tahap keempat adalah tahap aplikasi, pada tahap ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-sehari. Siswa perlu diberi banyak latihan soal dan pemberian tugas rumah. Pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa di luar jam pelajaran merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas, maka implementasi dari strategi Generative learning dalam penelitian ini adalah :

1.      Tahap pendahuluan, Guru memberikan suatu permasalahan yang berisi materi pelajaran yang harus dipecahkan oleh siswa, disini peran guru adalah membimbing siswa.

2.      Tahap pemfokusan, Tugas yang diberikan kepada siswa harus mampu merangsang siswa untuk melakukan uji hipotesis, disini peran guru sebagai fasilitator

3.      Tahap tantangan, Setelah siswa memperoleh data / jawaban penyelesaian selanjutnya siswa diminta untuk mempresentasekan didepan kelas, disini peran guru sebagai mediator.

4.      Tahap aplikasi, tahap terakhir ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan selanjutnya siswa diberi tugas pekerjaan rumah ( PR ).

 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa  dengan penerapan strategi aktive tipe  Generative learning lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional pada kelas VII SMP Kenanga Indah tahun pelajaran 2012 / 2013.