Senin, 16 Maret 2015
contoh surat keterangan lulus (SKL) perguruan tinggi
Anda baru saja di wisuda dan masih harus menunggu ijazah formal dikeluarkan oleh pihak tempat anda menempuh pendidikan. Hal yang harus dilakukan adalah menunggu jadwal waktu yang telah ditentukan pihak universitas/institute/sekolah tinggi. Namun yang menjadi masalah adalah adakalanya anda memerlukan ijazah tersebut untuk keperluan memasukkan lamaran kerja yang anda inginkan yang tentu saja anda tidak bisa berpartisipasi dalam mencoba keberuntungan anda. Namun anda bisa mengupayakan Surat Keterangan Tanggal Lulus (SKTL) dan transkrip nilai dari institusi. Surat tersebut merupakan penegasan dari perguruan tinggi tempat anda menempuh pendidikan bahwa anda secara resmi telah menyelesaikan segala tanggungan akademik atau telah diwisuda dan hanya menunggu ijazah resmi dikeluarkan.
Bagi anda yang masih belum berpengalaman tentang
format Surat Keterangan Tanggal Lulus (SKTL)
dan transkrip nilai ke pihak
perguruan tinggi, berikut saya lampirkan format yang benar. Misalnya nada
adalah mahasiswi keguruan sebuah sekolah tinggi.
Contoh format surat:
SURAT
PERMOHONAN
Hal : Surat Permohonan
Kepada
Yth:
Kepala
BAAK STKIP ADZILLA
JAKARTA
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Rezianisa Adzkiyya
Program Studi :
Pendidikan Matematika
Tanggal Lulus : 10 Oktober
2015
Selaku alumni
STKIP ADZILLA Program Studi
Pendidikan Matematika yang telah diwisuda pada tanggal 13 November 2015.
Dengan ini
mengajukan permohonan permintaan Surat Keterangan Tanggal Lulus (SKTL) dan
transkrip nilai.
Demikian surat permohonan
ini saya buat. Atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Mengetahui, Jakarta,
18 November 2014
Ketua Prodi Pend. Matematika Pemohon
(Dra. Rahaya Anita,
M.Si) (Reziana A)
Model Pembelajaran Roda Keberuntungan Dalam Matematika
ANALISIS
Judul : Penerapan Model Pembelajaran Roda Keberuntungan Terhadap Pemahaman
Konsep Matematika Siswa Kelas X Sman Kenanga Cempaka Tahun Pelajaran 2012-2013
Berdasarkan
hasil pengamatan penulis di SMAN Kenanga Cempaka Padang pada tanggal 14 februari 2013, penulis menemukan bahwa pemahaman
konsep matematika siswa relatif rendah, diakibatkan karena pembelajaran
matematika yang terlaksana masih terpusat pada guru. Pada awal pelajaran siswa
membaca do’a lalu mengucapkan salam dan guru menjawab salam dari mereka,
selanjutnya guru mengabsen siswa. Guru memulai pelajaran dengan membahas tugas
yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, beberapa siswa menuliskan nomor soal
yang tidak dimengerti kepapan tulis lalu soal tersebut menanyakan dikembalikan
kepada siswa yang bisa menjawab. Setelah semua siswa tidak ada yang bisa
menjawabnya guru bertindak menerangkan jawabannya, kemudian memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencatat hasil pembahasan tersebut. Selanjutnya guru
memberikan apersepsi tentang pelajaran sebelumnya, guru mengulas pelajaran
sebelumnya dengan menunjuk beberapa orang siswa tentang materi sebelumnya ada
siswa yang bisa menjawab ada yang hanya diam dan mengasih senyum karena tidak
ingat, guru membimbing siswa mengingatkan kembali. Guru menjelaskan materi
pelajaran dengan memberi contoh soal dan latihan kemudian sebagian siswa
hanyalah mencatat, melihat, dan mendengarkan penjelasan guru dan sebagian siswa
yang lainnya malas- malasan, main hape bahkan ada yang ngobrol sehingga suasana
kelas menjadi ribut dan akhir pembelajaran diberikan pekerjaan rumah.
Ketika mereka bingung, tidak mengerti materi yang
diterangkan siswa cenderung pasif, malu bertanya, kurang partisipasi dan lebih
suka menyia- nyiakan waktu siswa tidak fokus dan mengakibatkan bosan dalam
pembelajaran. Hal ini terlihat pada proses penyelesaian soal latihan yang
diberikan guru, dimana siswa hanya memperhatikan contoh soal yang sama dengan
latihan yang diberikan guru dan apabila ada soal latihan yang berbeda mereka
tidak bisa menyelesaikannya sehingga hanya beberapa orang saja yang mau
mengerjakannya diakibatkan siswa lebih cenderung menghafal dari pada memahami
konsep matematika yang telah di pelajari, sehingga siswa kesulitan dalam
mengerjakan soal- soal latihan yang diberikan guru. Sedangkan yang lainnya baru
mengerjakan soal latihan bila diperhatikan oleh guru ke bangku masing- masing
atau menunggu jawaban dari temannya. Selain itu belum terlihat usaha siswa untuk berdiskusi dalam penyelesaian
latihan. Hal yang memprihatinkan ada beberapa siswa yang tidak membuat sama
sekali, mereka hanya menunggu sampai soal latihan tersebut dibahas oleh guru.
Guru melaksanakan berbagai macam usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, diantaranya dengan pembelajaran kelompok
dalam diskusi kelompok hanya siswa
berkemampuan tinggi yang mengerjakan karena guru tidak mengawasi ketika diskusi
kelompok berlangsung. Guru pernah mengadakan kuis perorangan dengan menuliskan soal di papan tulis dan siswa
membuat jawabannya, mereka mengangkat jawaban mereka masing-masing siapa
yang cepat seperti game show di salah satu TV
tapi hanya beberapa orang saja yang dapat menjawabnya karena sebelumnya guru tidak mengingatkan kepada
mereka akan diadakan kuis. Selanjutnya
diminta kepada siswa untuk menjawab, kemudian guru mengulas jawaban itu lagi. Terlihat bahwa murid suka bermain sambil belajar dalam
pembelajaran. Namun usaha- usaha tersebut belum sepenuhnya siswa ikut andil dalam
pembelajaran matematika, hasil belajar merekapun belum memuaskan. Berdasarkan fakta yang ada siswa tidak
memahami konsep matematika itu sendiri dengan baik, karena siswa hanya menunggu
pembahasan dari guru dan sibuk dengan aktifitas masing- masing. Kendala lain
yang ditemui siswa di sekolah ini adalah buku paket, siswa hanya memiliki bahan
ajar berupa LKS sehingga guru harus
lebih kreatif mencari buku tentang materi pembelajaran. Terlihat dalam proses
penyelesaian soal latihan berikut ini:
Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa terlihat
bahwa ada dua indikator pemahaman konsep yang tidak dikuasai siswa.
Diantaranya, siswa belum mampu mengklasifikasikan objek- objek menurut sifat-
sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya) dan siswa kesulitan dalam
mengaplikasikan konsep ke dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu bisa kita
lihat jawaban siswa adalah:
a) Cos
=
padahal jawaban seharusnya adalah
terletak di kuadran III. Oleh karena itu, Cos
dapat dinyatakan sebagai Cos
= cos (
-
) = - sin
= -
, pada soal ini siswa belum mampu
mengklasifikasikan objek menurut sifat- sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
b) Tan
=
padahal jawaban seharusnya adalah
terletak di kuadran I. Oleh karena itu, tan
dapat dinyatakan sebagai tan
= tan (
-
) = cotan
= 1, pada
soal ini siswa belum mampu mengklasifikasikan objek menurut sifat- sifat
tertentu (sesuai dengan konsepnya).
c) Sin
cos
Tan
=
= -
, padahal
jawaban seharusnya Sin
cos
Tan
= -
-
1=
1=
, pada
soal ini siswa kesulitan dalam mengaplikasikan konsep kepemecahan masalah.
Berdasarkan analisis hasil kerja siswa terlihat
bahwa siswa masih kurang mampu memahami konsep- konsep matematis sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih rendah.
Usaha untuk mengatasi masalah
ini, guru sebagai model pendidik yang akan menumbuhkan kondisi belajar yang
baik, berani serta menyenangkan harus bisa menciptakan hal- hal kreatif yang
memungkinkan siswa lebih tertantang dan tertarik dalam belajar. Salah satu cara
yang dilakukan adalah dengan penerapan model pembelajaran roda keberuntungan.
Model pembelajaran roda keberuntungan adalah model pembelajaran permainan
yang mampu membangkitkan potensi siswa serta siswa aktif dalam memahai konsep dalam
belajar terutama dalam menjawab soal pertanyaan yang ada didalam kelompok
mereka.
Menurut Paul Ginnis (2008:
190), langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran Roda Keberuntungan
yaitu:
a. Buat satu set kartu sebanyak jumlah
siswa di kelas dengan
pertanyaan disatu sisi dan angka di belakangnya.
b. Buat “Roda Keberuntungan” dari karton.
Bagi roda menjadi sektor-sektor sejumlah kartu pertanyaan dan beri angka pada
sektor tersebut. Buat pemutar berupa anak panah dari karton dan paku pines.
Hasil akhirnya nampak mirip roda “Twister”.
c. Siswa duduk membentuk lingkaran besar.
Kartu disebar menghadap ke bawah
menutupi lantai dengan angka yeng jelas terlihat.
d. Satu sukarelawan memulai dengan
memutar roda tersebut. Setelah angka ditunjukkan, siswa tersebut berdiri dan
mengambil kartu sesuai dengan angka di roda dan menjawab pertanyaan yang ada.
e. Diskusi singkat berlangsung antara
guru dan seluruh kelas. Jika guru sudah memutuskan bahwa siswa tersebut telah
menjawab dengan lengkap dan akurat, kartu diletakkan kembali menghadap ke atas
dan angka tersebut sekarang hangus. Jika jawaban tidak lengkap atau tidak benar
maka kartu dikembalikan lagi menghadap kebawah untuk orang lain yang mencoba
keberuntungannya.
f. Roda diberikan untuk siswa
selanjutnya. Siswa selanjutnya adalah siswa yang dipilih atau ditunjuk oleh
siswa sebelumnya yang telah memutar Roda Keberuntungan dan menjawab pertanyaan.
Jika siswa selanjutnya mendapat angka yang hangus, maka siswa tersebut harus
memutar kembali roda keberuntungan untuk mendapatkan angka yang belum hangus.
g. Setelah semua kartu terbuka dan
hangus, guru kemudian membahas semua pertanyaan dengan jelas dan catatan
tertulis dibuat.
Dengan penerapan model pembelajaran roda
keberuntungan maka diharapkan siswa akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
kelompoknya dan sekaligus dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah untuk
memahami materi pelajaran. Terlihat dalam pembelajaran ini siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk berpendapat dan menjawab pertanyaan guru, sehingga
tidak ada lagi siswa yang malas- malasan, takut, dan sibuk sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan model
pembelajaran roda keberuntungan lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa dengan pembelajaran konvensional pada kelas X SMAN Kenanga
Cempaka Padang tahun pelajaran 2012/ 2013.
strategi generative learning dalam matematika
ANALISIS
JUDUL : Pengaruh Penerapan Strategi aktive tipe Generative Learning untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII SMP kenanga
Indah Tahun Pelajaran 2012/2013
ANALISIS SEKOLAH DAN STRATEGI
Upaya pemerintah untuk mewajibkan anak belajar wajib sembilan tahun sebagian telah terlaksana, hal ini ditunjukkan dengan adanya sekolah dimana-mana, baik sekolah tingkat dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, salah satunya adalah siswa Kelas VII SMP kenanga Indah.
Sekolah ini berdiri pada tahun 2002, luas wilayah sekolah ini adalah 3 hektar. Fasilitas yang ada di Sekolah ini adalah ruang kelas, musholla, labor biologi, labor komputer, perpustakaan, WC guru dan WC siswa, kantor majelis guru dan kepala sekolah, ruang unit kegiatan siswa ( UKS ), ruang kegiatan siswa dan kantin. Prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh SMP Kenanga Indah banyak sekali, prestasi yang baru-baru ini adalah juara 1 unit kegiatan siswa ( UKS ) tingkat nasional. Kegitan siswa di sekolah tidak hanya disibukkan dengan aktifitas belajar saja melainkan dengan kegiatan non belajar yaitu dengan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini diantaranya pramuka, kesenian daerah seperti kesenian daerah minang kabau dan kesenian daerah jawa, olah raga seperti volly, bulu tangkis, takrau, tenis meja dan Atlit seperti lari. Proses belajar mengajar ( PBM ) di SMP Kenanga Indah berjalan sangat lancar, hal ini didukung dengan fasilitas belajar yang memadai, seperti ruang kelas yang kondusif artinya jauh dari kebisingan, buku-buku penunjang yang banyak dan tenaga pengajar yang profesional. Sehingga diharapkan sekolah ini mampu menghasilkan siswa-siswa yang cerdas baik cerdas otak, emosional dan spritual.
Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 25 november 2012 pemaparan diatas tidaklah sepenuhnya dapat mengeluarkan output siswa yang cerdas dan berkualitas karena jika ditinjau dari segi kelulusan mata pelajaran tidak semua siswa lulus mata pelajaran terkusus mata pelajaran matematika. Maka dari itu timbullah problematika pembelajaran matematika yang harus dipecahkan dan dicarikan solusi yang cerdas.
Proses belajar mengajar ( PBM ) matematika yang terjadi pada Kelas VII SMP kenanga Indah terlihat kurang berjalan sesuai yang diharapkan, hal ini terjadi bukan karena sistem sekolah yang tidak berjalan tetapi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya minat siswa dalam belajar matematika yang masih kurang, fasilitas belajar yang masih kurang maksudnya seperti penyediaan media dan alat peraga matematika, penyediaan handout dan lembar kerja siswa ( LKS ) dari guru dan tenaga guru yang kurang profesional dalam artian guru dalam mengajar kurang kreatif dan variatif, guru hanya menggunakan metode ceramah saja dalam menerangkan materi pelajaran sehingga kurang terjadi interaksi antara guru dengan siswa, guru kurang menanamkan konsep matematis kepada siswa, padahal jika dilihat pembelajaran matematika lebih banyak mengarah kepada penanaman konsep. Selain itu kurang aktifnya siswa didalam kelas saat Proses belajar mengajar ( PBM ) matematika berlangsung maksudnya siswa hanya memperhatikan guru menerangkan materi didepan setelah itu mencatat kemudian mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru. Masih banyak Siswa yang malu untuk bertanya atau masih banyak siswa yang tidak mau bertanya mengenai materi pelajaran yang kurang dimengerti, sehingga guru menganggap semua siswa sudah paham dan mengerti dengan materi yang disampaikannya. Selain itu juga ketika guru memberikan soal latihan yang berbeda dengan contoh soal kebanyakan siswa tidak bisa menyelesaikan dan jika guru menunjuk beberapa siswa untuk maju kedepan mengerjakan soal latihan masih banyak siswa yang menyelesaikan salah artinya siswa belum mampu menguasai konsep matematis pelajaran matematika.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara langsung dengan guru matematika, kata beliau pada saat Proses belajar mengajar ( PBM ) matematika berlangsung dalam mengajar jarang menggunakan media dan alat peraga matematika, beliau juga jarang sekali membagi siswa dalam kelompok belajar sehingga antara siswa dengan siswa yang lainnya kurang saling bertukar ilmu pengetahuan. Dan hasil wawancara dengan siswa kelas VII.B kebanyakan siswa mengatakan bahwa belajar matematika itu sulit karena hanya bertemu dengan angka-angka dan rumus-rumus saja.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung di SMP Kenanga Indah bahwa pembelajaran matematika kurang berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hal ini didukung dengan masih banyak nilai ujian tengah semester ( UTS ) siswa kelas VII dibawah kriteria ketuntasan minimum ( KKM ) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 80.
Tabel nilai ujian tengah semester ( UTS ) siswa kelas VII SMP Kenanga Indah
Kelas
|
Jumlah siswa
|
Ketuntasan
| |
Tuntas
|
Tidak tuntas
| ||
VII.A
|
25
|
0
|
25
|
VII.B
|
25
|
2
|
23
|
VII.C
|
25
|
2
|
23
|
Jumlah
|
75
|
4
|
71
|
Dari permasalahan diatas diperlukanlah sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang mampu menarik minat siswa untuk belajar matematika dan untuk mengubah paradigma siswa yang mengatakan bahwa belajar matematika itu sulit, pendekatan pembelajaran ini tentunya sebuah strategi belajar yang mana siswa dapat aktif dalam Proses belajar mengajar ( PBM ) artinya siswa tidak malu-malu lagi dalam bertanya mengenai materi pelajaran yang kurang dimengerti bahkan diharapkan siswa mampu mengeluarkan ide-ide kreatifnya. Sehingga antara guru dengan siswa dapat terjadi interaksi dan komunikasi yang baik. Namun semua itu tidak terlepas dari usaha guru, karena disini peran guru sangat dituntut sekali, dimana guru adalah sebagai mediator dan fasilitator yang harus mampu bekerja keras untuk memainkan peran dalam menggunakan strategi-strategi dalam pembelajaran matematika, sehingga materi dan ilmu pengetahuan dapat ditransfer dengan baik.
Salah satu strategi untuk mengatasi permasalahan diatas adalah strategi pembelajaran aktif tipe Generative Learning, strategi Generative Learning adalah sebuah strategi aktif yang mana mampu meningkatkan aktifitas belajar siswa. Prosedur pelaksanaan dari strategi Generative Learning adalah :
Sutarman dan Swasono dalam Made (2009: 177) mengemukakan bahwa Generative Learning pertama kali diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove, dimana terdiri dari empat tahap, yaitu:
1. Pendahuluan atau disebut tahap eksplorasi
2. Pemfokusan
3. Tantangan atau tahap pengenalan konsep, dan
4. Penerapan konsep
Secara rinci tahap-tahap Generative Learning menurut Made (2009: 178) sebagai berikut:
1) Eksplorasi
Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi yang disebut tahap pendahuluan, pada tahap eksplorasi ini guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. Guru dapat melakukan stimulus berupa aktivitas atau tugas-tugas seperti melalui demonstrasi / penelusuran terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data dan fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari, hal ini bertujuan untuk mendorong siswa agar mampu melakukan eksplorasi. Peran guru pada proses pembelajaran ini adalah memberikan dorongan, bimbingan, memotivasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan pendapat / ide / hipotesis.
2) Pemfokusan
Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan, pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam model pembelajan. Guru bertugas sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan arahan.
Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa hingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesisnya dengan cara sendiri. Tugas-tugas pembelajaran yang disusun / dibuat guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai caranya sendiri atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 2 sampai 4 siswa.
3) Tantangan
Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep. Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar kerja, siswa diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman di antara siswa. Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai adanya perbedaan diantara pendapat teman. Saat diskusi berlangsung guru beperan sebagai moderator dan fasilitator, pada akhir diskusi diharapkan siswa memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Guru sebaiknya memberikan pemantapan konsep dan latihan soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami secara mantap konsep tersebut.
4) Aplikasi
Tahap keempat adalah tahap aplikasi, pada tahap ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-sehari. Siswa perlu diberi banyak latihan soal dan pemberian tugas rumah. Pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa di luar jam pelajaran merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas, maka implementasi dari strategi Generative learning dalam penelitian ini adalah :
1. Tahap pendahuluan, Guru memberikan suatu permasalahan yang berisi materi pelajaran yang harus dipecahkan oleh siswa, disini peran guru adalah membimbing siswa.
2. Tahap pemfokusan, Tugas yang diberikan kepada siswa harus mampu merangsang siswa untuk melakukan uji hipotesis, disini peran guru sebagai fasilitator
3. Tahap tantangan, Setelah siswa memperoleh data / jawaban penyelesaian selanjutnya siswa diminta untuk mempresentasekan didepan kelas, disini peran guru sebagai mediator.
4. Tahap aplikasi, tahap terakhir ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan selanjutnya siswa diberi tugas pekerjaan rumah ( PR ).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan strategi aktive tipe Generative learning lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional pada kelas VII SMP Kenanga Indah tahun pelajaran 2012 / 2013.
Langganan:
Postingan (Atom)