Senin, 16 Maret 2015

Model Pembelajaran Roda Keberuntungan Dalam Matematika


ANALISIS
  Judul                  : Penerapan Model Pembelajaran Roda Keberuntungan Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas X Sman Kenanga Cempaka Tahun Pelajaran 2012-2013
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di SMAN Kenanga Cempaka Padang pada tanggal 14 februari 2013, penulis menemukan bahwa pemahaman konsep matematika siswa relatif rendah, diakibatkan karena pembelajaran matematika yang terlaksana masih terpusat pada guru. Pada awal pelajaran siswa membaca do’a lalu mengucapkan salam dan guru menjawab salam dari mereka, selanjutnya guru mengabsen siswa. Guru memulai pelajaran dengan membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, beberapa siswa menuliskan nomor soal yang tidak dimengerti kepapan tulis lalu soal tersebut menanyakan dikembalikan kepada siswa yang bisa menjawab. Setelah semua siswa tidak ada yang bisa menjawabnya guru bertindak menerangkan jawabannya, kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk mencatat hasil pembahasan tersebut. Selanjutnya guru memberikan apersepsi tentang pelajaran sebelumnya, guru mengulas pelajaran sebelumnya dengan menunjuk beberapa orang siswa tentang materi sebelumnya ada siswa yang bisa menjawab ada yang hanya diam dan mengasih senyum karena tidak ingat, guru membimbing siswa mengingatkan kembali. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan memberi contoh soal dan latihan kemudian sebagian siswa hanyalah mencatat, melihat, dan mendengarkan penjelasan guru dan sebagian siswa yang lainnya malas- malasan, main hape bahkan ada yang ngobrol sehingga suasana kelas menjadi ribut dan akhir pembelajaran diberikan pekerjaan rumah.
Ketika mereka bingung, tidak mengerti materi yang diterangkan siswa cenderung pasif, malu bertanya, kurang partisipasi dan lebih suka menyia- nyiakan waktu siswa tidak fokus dan mengakibatkan bosan dalam pembelajaran. Hal ini terlihat pada proses penyelesaian soal latihan yang diberikan guru, dimana siswa hanya memperhatikan contoh soal yang sama dengan latihan yang diberikan guru dan apabila ada soal latihan yang berbeda mereka tidak bisa menyelesaikannya sehingga hanya beberapa orang saja yang mau mengerjakannya diakibatkan siswa lebih cenderung menghafal dari pada memahami konsep matematika yang telah di pelajari, sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan soal- soal latihan yang diberikan guru. Sedangkan yang lainnya baru mengerjakan soal latihan bila diperhatikan oleh guru ke bangku masing- masing atau menunggu jawaban dari temannya. Selain itu belum terlihat usaha siswa untuk berdiskusi dalam penyelesaian latihan. Hal yang memprihatinkan ada beberapa siswa yang tidak membuat sama sekali, mereka hanya menunggu sampai soal latihan tersebut dibahas oleh guru.
Guru melaksanakan berbagai macam usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, diantaranya dengan pembelajaran kelompok dalam diskusi kelompok hanya siswa berkemampuan tinggi yang mengerjakan karena guru tidak mengawasi ketika diskusi kelompok berlangsung. Guru pernah mengadakan kuis perorangan dengan menuliskan soal di papan tulis dan siswa membuat jawabannya, mereka mengangkat jawaban mereka masing-masing siapa yang cepat seperti game show di salah satu TV  tapi hanya beberapa orang saja yang dapat menjawabnya karena sebelumnya guru tidak mengingatkan kepada mereka akan diadakan kuis. Selanjutnya diminta kepada siswa untuk menjawab, kemudian guru mengulas jawaban itu lagi. Terlihat bahwa murid suka bermain sambil belajar dalam pembelajaran. Namun usaha- usaha tersebut belum sepenuhnya siswa ikut andil dalam pembelajaran matematika, hasil belajar merekapun belum memuaskan. Berdasarkan fakta yang ada siswa tidak memahami konsep matematika itu sendiri dengan baik, karena siswa hanya menunggu pembahasan dari guru dan sibuk dengan aktifitas masing- masing. Kendala lain yang ditemui siswa di sekolah ini adalah buku paket, siswa hanya memiliki bahan ajar  berupa LKS sehingga guru harus lebih kreatif mencari buku tentang materi pembelajaran. Terlihat dalam proses penyelesaian soal latihan berikut ini:
Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa terlihat bahwa ada dua indikator pemahaman konsep yang tidak dikuasai siswa. Diantaranya, siswa belum mampu mengklasifikasikan objek- objek menurut sifat- sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya) dan siswa kesulitan dalam mengaplikasikan konsep ke dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu bisa kita lihat jawaban siswa adalah:
a)      Cos  =   padahal jawaban seharusnya adalah  terletak di kuadran III. Oleh karena itu, Cos  dapat dinyatakan sebagai Cos  = cos ( - ) = - sin = -  , pada soal ini siswa belum mampu mengklasifikasikan objek menurut sifat- sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
b)      Tan  =   padahal jawaban seharusnya adalah  terletak di kuadran I. Oleh karena itu, tan  dapat dinyatakan sebagai tan  = tan ( - ) = cotan = 1, pada soal ini siswa belum mampu mengklasifikasikan objek menurut sifat- sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
c)      Sin    cos  Tan  = =  - , padahal jawaban seharusnya Sin    cos  Tan  = -    -    1=    1= , pada soal ini siswa kesulitan dalam mengaplikasikan konsep kepemecahan masalah.
Berdasarkan analisis hasil kerja siswa terlihat bahwa siswa masih kurang mampu memahami konsep- konsep matematis sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih rendah.
Usaha untuk mengatasi masalah ini, guru sebagai model pendidik yang akan menumbuhkan kondisi belajar yang baik, berani serta menyenangkan harus bisa menciptakan hal- hal kreatif yang memungkinkan siswa lebih tertantang dan tertarik dalam belajar. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan penerapan model pembelajaran roda keberuntungan.
Model pembelajaran roda keberuntungan adalah model pembelajaran permainan yang mampu membangkitkan potensi siswa serta siswa aktif dalam memahai konsep dalam belajar terutama dalam menjawab soal pertanyaan yang ada didalam kelompok mereka.
Menurut Paul Ginnis (2008: 190), langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran Roda Keberuntungan yaitu:
a.    Buat satu set kartu sebanyak jumlah siswa di kelas dengan pertanyaan disatu sisi dan angka di belakangnya.
b.    Buat “Roda Keberuntungan” dari karton. Bagi roda menjadi sektor-sektor sejumlah kartu pertanyaan dan beri angka pada sektor tersebut. Buat pemutar berupa anak panah dari karton dan paku pines. Hasil akhirnya nampak mirip roda “Twister”.
c.    Siswa duduk membentuk lingkaran besar. Kartu disebar menghadap ke bawah menutupi lantai dengan angka yeng jelas terlihat.
d.   Satu sukarelawan memulai dengan memutar roda tersebut. Setelah angka ditunjukkan, siswa tersebut berdiri dan mengambil kartu sesuai dengan angka di roda dan menjawab pertanyaan yang ada.
e.    Diskusi singkat berlangsung antara guru dan seluruh kelas. Jika guru sudah memutuskan bahwa siswa tersebut telah menjawab dengan lengkap dan akurat, kartu diletakkan kembali menghadap ke atas dan angka tersebut sekarang hangus. Jika jawaban tidak lengkap atau tidak benar maka kartu dikembalikan lagi menghadap kebawah untuk orang lain yang mencoba keberuntungannya.
f.     Roda diberikan untuk siswa selanjutnya. Siswa selanjutnya adalah siswa yang dipilih atau ditunjuk oleh siswa sebelumnya yang telah memutar Roda Keberuntungan dan menjawab pertanyaan. Jika siswa selanjutnya mendapat angka yang hangus, maka siswa tersebut harus memutar kembali roda keberuntungan untuk mendapatkan angka yang belum hangus.
g.    Setelah semua kartu terbuka dan hangus, guru kemudian membahas semua pertanyaan dengan jelas dan catatan tertulis dibuat.
Dengan penerapan model pembelajaran roda keberuntungan maka diharapkan siswa akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya dan sekaligus dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah untuk memahami materi pelajaran. Terlihat dalam pembelajaran ini siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk berpendapat dan menjawab pertanyaan guru, sehingga tidak ada lagi siswa yang malas- malasan, takut, dan sibuk sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan model pembelajaran roda keberuntungan lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional pada kelas X SMAN Kenanga Cempaka Padang tahun pelajaran 2012/ 2013.



1 komentar: