ANALISIS
JUDUL : Pengaruh Penerapan Strategi aktive tipe Generative Learning untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII SMP kenanga
Indah Tahun Pelajaran 2012/2013
ANALISIS SEKOLAH DAN STRATEGI
Upaya
pemerintah untuk mewajibkan anak belajar wajib sembilan tahun sebagian telah
terlaksana, hal ini ditunjukkan dengan adanya sekolah dimana-mana, baik sekolah
tingkat dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, salah
satunya adalah siswa Kelas
VII SMP kenanga Indah.
Sekolah
ini berdiri pada tahun 2002, luas wilayah sekolah ini adalah 3 hektar.
Fasilitas yang ada di Sekolah ini adalah ruang kelas, musholla, labor biologi,
labor komputer, perpustakaan, WC guru dan WC siswa, kantor majelis guru dan
kepala sekolah, ruang unit kegiatan siswa ( UKS ), ruang kegiatan siswa dan
kantin. Prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh SMP Kenanga Indah banyak
sekali, prestasi yang baru-baru ini adalah juara 1 unit kegiatan siswa ( UKS )
tingkat nasional. Kegitan siswa di sekolah tidak hanya disibukkan dengan aktifitas
belajar saja melainkan dengan kegiatan non belajar yaitu dengan kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
ini diantaranya pramuka, kesenian daerah seperti kesenian daerah minang kabau
dan kesenian daerah jawa, olah raga seperti volly, bulu tangkis, takrau, tenis
meja dan Atlit seperti lari. Proses belajar mengajar ( PBM ) di SMP Kenanga
Indah berjalan sangat lancar, hal ini didukung dengan fasilitas belajar yang
memadai, seperti ruang kelas yang kondusif artinya jauh dari kebisingan, buku-buku
penunjang yang banyak dan tenaga pengajar yang profesional. Sehingga diharapkan
sekolah ini mampu menghasilkan siswa-siswa yang cerdas baik cerdas otak,
emosional dan spritual.
Namun
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 25 november 2012 pemaparan
diatas tidaklah sepenuhnya dapat mengeluarkan output siswa yang cerdas dan berkualitas karena jika ditinjau dari
segi kelulusan mata pelajaran tidak semua siswa lulus mata pelajaran terkusus
mata pelajaran matematika. Maka dari itu timbullah problematika pembelajaran
matematika yang harus dipecahkan dan dicarikan solusi yang cerdas.
Proses
belajar mengajar ( PBM ) matematika yang terjadi pada Kelas VII SMP kenanga
Indah
terlihat kurang berjalan sesuai yang diharapkan, hal ini terjadi bukan karena
sistem sekolah yang tidak berjalan tetapi disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya minat siswa dalam belajar matematika yang masih kurang, fasilitas
belajar yang masih kurang maksudnya seperti penyediaan media dan alat peraga
matematika, penyediaan handout dan lembar
kerja siswa ( LKS ) dari guru dan tenaga guru yang kurang profesional dalam
artian guru dalam mengajar kurang kreatif dan variatif, guru hanya menggunakan
metode ceramah saja dalam menerangkan materi pelajaran sehingga kurang terjadi
interaksi antara guru dengan siswa, guru kurang menanamkan konsep matematis
kepada siswa, padahal jika dilihat pembelajaran matematika lebih banyak mengarah
kepada penanaman konsep. Selain itu kurang aktifnya siswa didalam kelas saat
Proses belajar mengajar ( PBM ) matematika berlangsung maksudnya siswa hanya
memperhatikan guru menerangkan materi didepan setelah itu mencatat kemudian
mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru. Masih banyak Siswa yang malu
untuk bertanya atau masih banyak siswa yang tidak mau bertanya mengenai materi
pelajaran yang kurang dimengerti, sehingga guru menganggap semua siswa sudah
paham dan mengerti dengan materi yang disampaikannya. Selain itu juga ketika
guru memberikan soal latihan yang berbeda dengan contoh soal kebanyakan siswa tidak
bisa menyelesaikan dan jika guru menunjuk beberapa siswa untuk maju kedepan
mengerjakan soal latihan masih banyak siswa yang menyelesaikan salah artinya
siswa belum mampu menguasai konsep matematis pelajaran matematika.
Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara langsung dengan guru matematika, kata beliau pada saat Proses
belajar mengajar ( PBM ) matematika berlangsung dalam mengajar jarang
menggunakan media dan alat peraga matematika, beliau juga jarang sekali membagi
siswa dalam kelompok belajar sehingga antara siswa dengan siswa yang lainnya
kurang saling bertukar ilmu pengetahuan. Dan hasil wawancara dengan siswa kelas
VII.B kebanyakan siswa mengatakan bahwa belajar matematika itu sulit karena
hanya bertemu dengan angka-angka dan rumus-rumus saja.
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara langsung di SMP Kenanga Indah bahwa pembelajaran matematika
kurang berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hal ini didukung dengan masih
banyak nilai ujian tengah semester ( UTS ) siswa kelas VII dibawah kriteria ketuntasan
minimum ( KKM ) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 80.
Tabel nilai ujian
tengah semester ( UTS ) siswa kelas VII
SMP Kenanga Indah
Kelas
|
Jumlah siswa
|
Ketuntasan
|
|
|
|
Tuntas
|
Tidak tuntas
|
VII.A
|
25
|
0
|
25
|
VII.B
|
25
|
2
|
23
|
VII.C
|
25
|
2
|
23
|
Jumlah
|
75
|
4
|
71
|
Dari
permasalahan diatas diperlukanlah sebuah pendekatan pembelajaran matematika
yang mampu menarik minat siswa untuk belajar matematika dan untuk mengubah
paradigma siswa yang mengatakan bahwa belajar matematika itu sulit, pendekatan
pembelajaran ini tentunya sebuah strategi belajar yang mana siswa dapat aktif
dalam Proses belajar mengajar ( PBM ) artinya siswa tidak malu-malu lagi dalam
bertanya mengenai materi pelajaran yang kurang dimengerti bahkan diharapkan
siswa mampu mengeluarkan ide-ide kreatifnya. Sehingga antara guru dengan siswa
dapat terjadi interaksi dan komunikasi yang baik. Namun semua itu tidak
terlepas dari usaha guru, karena disini peran guru sangat dituntut sekali,
dimana guru adalah sebagai mediator dan fasilitator yang harus mampu bekerja
keras untuk memainkan peran dalam menggunakan strategi-strategi dalam
pembelajaran matematika, sehingga materi dan ilmu pengetahuan dapat ditransfer
dengan baik.
Salah
satu strategi untuk mengatasi permasalahan diatas adalah strategi pembelajaran
aktif tipe Generative Learning, strategi Generative Learning adalah sebuah
strategi aktif yang mana mampu meningkatkan aktifitas belajar siswa.
Prosedur pelaksanaan dari strategi Generative Learning adalah :
Sutarman dan Swasono dalam Made (2009: 177) mengemukakan bahwa Generative Learning pertama kali
diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove, dimana terdiri dari empat tahap, yaitu:
1. Pendahuluan atau disebut tahap eksplorasi
2. Pemfokusan
3. Tantangan atau tahap pengenalan konsep, dan
4. Penerapan konsep
Secara rinci tahap-tahap Generative Learning menurut Made (2009:
178) sebagai berikut:
1) Eksplorasi
Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi yang disebut tahap pendahuluan, pada
tahap eksplorasi ini guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan,
ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau
diperoleh dari pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. Guru dapat melakukan
stimulus berupa aktivitas atau tugas-tugas seperti melalui demonstrasi / penelusuran terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data dan
fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari, hal ini bertujuan
untuk mendorong siswa agar mampu melakukan eksplorasi. Peran guru pada proses
pembelajaran ini adalah memberikan dorongan, bimbingan, memotivasi dan memberi
arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan pendapat / ide / hipotesis.
2) Pemfokusan
Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan, pada tahap pemfokusan siswa melakukan
pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam model pembelajan.
Guru bertugas sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi
bimbingan dan arahan.
Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa
hingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesisnya dengan
cara sendiri. Tugas-tugas pembelajaran yang disusun / dibuat guru hendaknya tidak seratus persen
merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah
memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai caranya sendiri atau cara yang
diinginkannya. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara kelompok yang terdiri
atas 2 sampai 4 siswa.
3) Tantangan
Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep.
Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar
kerja, siswa diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui
diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman di antara siswa. Dalam tahap
ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai adanya
perbedaan diantara pendapat teman. Saat diskusi berlangsung guru beperan
sebagai moderator dan fasilitator, pada akhir diskusi diharapkan siswa
memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep
yang benar. Guru sebaiknya memberikan pemantapan konsep dan latihan
soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami secara mantap konsep
tersebut.
4) Aplikasi
Tahap keempat adalah
tahap aplikasi, pada tahap ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah
dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang
berkitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-sehari. Siswa perlu
diberi banyak latihan soal dan pemberian tugas rumah. Pemberian tugas rumah
atau tugas proyek yang dikerjakan siswa di luar jam pelajaran merupakan bentuk
penerapan yang baik untuk dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas, maka
implementasi dari strategi Generative learning
dalam penelitian ini adalah :
1. Tahap pendahuluan,
Guru memberikan suatu permasalahan yang berisi materi pelajaran yang harus
dipecahkan oleh siswa, disini peran guru adalah membimbing siswa.
2. Tahap pemfokusan,
Tugas yang diberikan kepada siswa harus mampu merangsang siswa untuk melakukan
uji hipotesis, disini peran guru sebagai fasilitator
3. Tahap tantangan,
Setelah siswa memperoleh data / jawaban penyelesaian selanjutnya siswa diminta
untuk mempresentasekan didepan kelas, disini peran guru sebagai mediator.
4. Tahap aplikasi,
tahap terakhir ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan
menggunakan konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan selanjutnya
siswa diberi tugas pekerjaan rumah ( PR ).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
dengan penerapan strategi aktive tipe
Generative learning lebih baik
dari pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran
konvensional pada kelas VII SMP Kenanga Indah tahun pelajaran 2012 / 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar