Senin, 16 Maret 2015

strategi generative learning dalam matematika


ANALISIS
JUDUL                           : Pengaruh Penerapan Strategi aktive tipe Generative Learning untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII SMP kenanga Indah Tahun Pelajaran 2012/2013

ANALISIS SEKOLAH DAN STRATEGI

Upaya pemerintah untuk mewajibkan anak belajar wajib sembilan tahun sebagian telah terlaksana, hal ini ditunjukkan dengan adanya sekolah dimana-mana, baik sekolah tingkat dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, salah satunya adalah siswa Kelas VII SMP kenanga Indah.

Sekolah ini berdiri pada tahun 2002, luas wilayah sekolah ini adalah 3 hektar. Fasilitas yang ada di Sekolah ini adalah ruang kelas, musholla, labor biologi, labor komputer, perpustakaan, WC guru dan WC siswa, kantor majelis guru dan kepala sekolah, ruang unit kegiatan siswa ( UKS ), ruang kegiatan siswa dan kantin. Prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh SMP Kenanga Indah banyak sekali, prestasi yang baru-baru ini adalah juara 1 unit kegiatan siswa ( UKS ) tingkat nasional. Kegitan siswa di sekolah tidak hanya disibukkan dengan aktifitas belajar saja melainkan dengan kegiatan non belajar yaitu dengan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini diantaranya pramuka, kesenian daerah seperti kesenian daerah minang kabau dan kesenian daerah jawa, olah raga seperti volly, bulu tangkis, takrau, tenis meja dan Atlit seperti lari. Proses belajar mengajar ( PBM ) di SMP Kenanga Indah berjalan sangat lancar, hal ini didukung dengan fasilitas belajar yang memadai, seperti ruang kelas yang kondusif artinya jauh dari kebisingan, buku-buku penunjang yang banyak dan tenaga pengajar yang profesional. Sehingga diharapkan sekolah ini mampu menghasilkan siswa-siswa yang cerdas baik cerdas otak, emosional dan spritual.

Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 25 november 2012 pemaparan diatas tidaklah sepenuhnya dapat mengeluarkan output siswa yang cerdas dan berkualitas karena jika ditinjau dari segi kelulusan mata pelajaran tidak semua siswa lulus mata pelajaran terkusus mata pelajaran matematika. Maka dari itu timbullah problematika pembelajaran matematika yang harus dipecahkan dan dicarikan solusi yang cerdas.

Proses belajar mengajar ( PBM ) matematika yang terjadi pada Kelas VII SMP kenanga Indah terlihat kurang berjalan sesuai yang diharapkan, hal ini terjadi bukan karena sistem sekolah yang tidak berjalan tetapi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya minat siswa dalam belajar matematika yang masih kurang, fasilitas belajar yang masih kurang maksudnya seperti penyediaan media dan alat peraga matematika, penyediaan handout dan lembar kerja siswa ( LKS ) dari guru dan tenaga guru yang kurang profesional dalam artian guru dalam mengajar kurang kreatif dan variatif, guru hanya menggunakan metode ceramah saja dalam menerangkan materi pelajaran sehingga kurang terjadi interaksi antara guru dengan siswa, guru kurang menanamkan konsep matematis kepada siswa, padahal jika dilihat pembelajaran matematika lebih banyak mengarah kepada penanaman konsep. Selain itu kurang aktifnya siswa didalam kelas saat Proses belajar mengajar ( PBM ) matematika berlangsung maksudnya siswa hanya memperhatikan guru menerangkan materi didepan setelah itu mencatat kemudian mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru. Masih banyak Siswa yang malu untuk bertanya atau masih banyak siswa yang tidak mau bertanya mengenai materi pelajaran yang kurang dimengerti, sehingga guru menganggap semua siswa sudah paham dan mengerti dengan materi yang disampaikannya. Selain itu juga ketika guru memberikan soal latihan yang berbeda dengan contoh soal kebanyakan siswa tidak bisa menyelesaikan dan jika guru menunjuk beberapa siswa untuk maju kedepan mengerjakan soal latihan masih banyak siswa yang menyelesaikan salah artinya siswa belum mampu menguasai konsep matematis pelajaran matematika.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara langsung dengan  guru matematika, kata beliau pada saat Proses belajar mengajar ( PBM ) matematika berlangsung dalam mengajar jarang menggunakan media dan alat peraga matematika, beliau juga jarang sekali membagi siswa dalam kelompok belajar sehingga antara siswa dengan siswa yang lainnya kurang saling bertukar ilmu pengetahuan. Dan hasil wawancara dengan siswa kelas VII.B kebanyakan siswa mengatakan bahwa belajar matematika itu sulit karena hanya bertemu dengan angka-angka dan rumus-rumus saja.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung di SMP Kenanga Indah bahwa pembelajaran matematika kurang berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hal ini didukung dengan masih banyak nilai ujian tengah semester ( UTS ) siswa kelas VII dibawah kriteria ketuntasan minimum ( KKM ) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 80.

Tabel nilai ujian tengah semester ( UTS ) siswa  kelas VII SMP Kenanga Indah

Kelas
Jumlah siswa
Ketuntasan



Tuntas
Tidak tuntas
VII.A
25
0
25
VII.B
25
2
23
VII.C
25
2
23
Jumlah
75
                 4
71

 

Dari permasalahan diatas diperlukanlah sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang mampu menarik minat siswa untuk belajar matematika dan untuk mengubah paradigma siswa yang mengatakan bahwa belajar matematika itu sulit, pendekatan pembelajaran ini tentunya sebuah strategi belajar yang mana siswa dapat aktif dalam Proses belajar mengajar ( PBM ) artinya siswa tidak malu-malu lagi dalam bertanya mengenai materi pelajaran yang kurang dimengerti bahkan diharapkan siswa mampu mengeluarkan ide-ide kreatifnya. Sehingga antara guru dengan siswa dapat terjadi interaksi dan komunikasi yang baik. Namun semua itu tidak terlepas dari usaha guru, karena disini peran guru sangat dituntut sekali, dimana guru adalah sebagai mediator dan fasilitator yang harus mampu bekerja keras untuk memainkan peran dalam menggunakan strategi-strategi dalam pembelajaran matematika, sehingga materi dan ilmu pengetahuan dapat ditransfer dengan baik.

Salah satu strategi untuk mengatasi permasalahan diatas adalah strategi pembelajaran aktif tipe  Generative Learning, strategi Generative Learning adalah sebuah strategi aktif yang mana mampu meningkatkan aktifitas belajar siswa. Prosedur pelaksanaan dari strategi Generative Learning adalah :

Sutarman dan Swasono dalam Made (2009: 177) mengemukakan bahwa Generative Learning pertama kali diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove, dimana terdiri dari empat tahap, yaitu:

1.      Pendahuluan atau disebut tahap eksplorasi

2.      Pemfokusan

3.      Tantangan atau tahap pengenalan konsep, dan

4.      Penerapan konsep

 

Secara rinci tahap-tahap Generative Learning menurut Made (2009: 178) sebagai berikut:

 

1)      Eksplorasi

Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi yang disebut tahap pendahuluan, pada tahap eksplorasi ini guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. Guru dapat melakukan stimulus berupa aktivitas atau tugas-tugas seperti melalui demonstrasi / penelusuran terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data dan fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari, hal ini bertujuan untuk mendorong siswa agar mampu melakukan eksplorasi. Peran guru pada proses pembelajaran ini adalah memberikan dorongan, bimbingan, memotivasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan pendapat / ide / hipotesis.

2)      Pemfokusan

Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan, pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam model pembelajan. Guru bertugas sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan arahan.

Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa hingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesisnya dengan cara sendiri. Tugas-tugas pembelajaran yang disusun / dibuat guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai caranya sendiri atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 2 sampai 4 siswa.

 

 

3)      Tantangan

Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep. Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar kerja, siswa diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman di antara siswa. Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai adanya perbedaan diantara pendapat teman. Saat diskusi berlangsung guru beperan sebagai moderator dan fasilitator, pada akhir diskusi diharapkan siswa memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep  yang benar. Guru  sebaiknya  memberikan pemantapan konsep dan latihan soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami secara mantap konsep tersebut.

4)      Aplikasi

Tahap keempat adalah tahap aplikasi, pada tahap ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-sehari. Siswa perlu diberi banyak latihan soal dan pemberian tugas rumah. Pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa di luar jam pelajaran merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas, maka implementasi dari strategi Generative learning dalam penelitian ini adalah :

1.      Tahap pendahuluan, Guru memberikan suatu permasalahan yang berisi materi pelajaran yang harus dipecahkan oleh siswa, disini peran guru adalah membimbing siswa.

2.      Tahap pemfokusan, Tugas yang diberikan kepada siswa harus mampu merangsang siswa untuk melakukan uji hipotesis, disini peran guru sebagai fasilitator

3.      Tahap tantangan, Setelah siswa memperoleh data / jawaban penyelesaian selanjutnya siswa diminta untuk mempresentasekan didepan kelas, disini peran guru sebagai mediator.

4.      Tahap aplikasi, tahap terakhir ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan selanjutnya siswa diberi tugas pekerjaan rumah ( PR ).

 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa  dengan penerapan strategi aktive tipe  Generative learning lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional pada kelas VII SMP Kenanga Indah tahun pelajaran 2012 / 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar